Bagikan ke

IPNU IPPNU BOJONEGORO – Berketepatan pada momentum harlah Nahdlatul Ulama ke-95 ini, Pimpinan Cabang IPNU Bojonegoro sedang berada dalam masa transisi kepengurusan. Tentu pada masa ini kami sedang berfikir keras untuk menjawab tantangan-tantangan masa adaptasi kebiasaan baru dengan lompatan-lompatan strategis yang ber-embrio pada amanat musyawarah yang telah terlaksana. Bagi kami amanat sejati dari seorang pimpinan alalah terciptanya ukhuwah dan kemaslahatan bagi seluruh kader. Karena ukhuwah dan kemaslahatan kader harus menjadi dasar bagi kami dalam penentuan sikap dan dasar dari setiap langkah kami sebagai pengurus pimpinan cabang.

Oleh karena itu, momentum pengesahan pengurus yang akan segera diselenggarakan PC IPNU Bojonegoro tidak boleh berpedoman sebagai ajang suksesi kepemimpinan saja, tetapi harus menjadi momentum penyelenggaraan kembali komitmen pengembangan sumber daya kader ditengah situasi zaman yang berubah dan bergerak dengan sangat cepat. Salah satu perubahan itu ditandai dengan gelombang revolusi industri 4.0 yang bertumpu pada penggunaan secara massif pada bidang teknologi informasi dan komunikasi berbasis Internet Of Things, Artificial Intelegent dan Big Data Analysis.

Revolusi industri 4.0 berdampak sangat luas, terutama pada sektor lapangan kerja. Menurut Passion Global Institute, revolusi industri 4.0 akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia hingga nanti pada tahun 2030 akan diambil alih oleh robot dan mesin. Khusus di Indonesia akan ada sekitar 3,7 juta lapangan kerja baru, tetapi ada sekitar 52,6 juta lapangan kerja yang berpotensi akan hilang akibat revolusi industri 4.0. Ada beberapa bagian dari peluang revolusi industri 4.0 yang telah kita rasakan di Indonesia ini. Contoh kecilnya yakni dampak melalui kemudahan-kemudahan dalam bertransaksi untuk memenuhi segenap hajat hidup masyarakat.

Namun demikian, dari ancaman revolusi industri 4.0 adalah tergusurnya sejumlah lapangan pekerjaan di tengah masalah pengangguran dan postur lapangan kerja yang belum mampu bersaing. Sekitar 60 % angkatan kerja di Indonesia merupakan lulusan SMP ke bawah. Pertanyaanya, bagaimana nasib mereka kedepannya? Karena dalam keadaan revolusi industri, mereka akan merasa terancam secara terus menerus menjadi korban.

Sektor pertanian juga merupakan penyumbang terbesar kedua di Indonesia. Namun, di sektor tempat penggantung hidup 82 % rakyat ini, 30 % petani cangkul yang masih terseokseok pada gelombang revolusi industri 1.0, yang artinya para petani kita masih sangat tertinggal jauh terhadap perubahan yang saat ini sudah mecapai 4.0. di usia yang mendekati 1 abad ini, NU perlu bersuara bahwa manusia dan kemanusiaan harus tetap menjadi dimensi utama dalam setiap pengembangan kader, kita kader IPNU sebagai ujung tombak pengkaderan di Nahdlatul Ulama, kami selalu siap sedia sebagai pengelola peluang positif dalam revolusi industri dan digital sekaligus mereduksi, mengantisipasi dan merekayasa mudharat-mudharat teknologi agar tidak mendehumanisasi pengembangan sumber daya anggota dan kader.

Oleh : M. Fakhrul Irfan Syah, S.Sos (Ketua PC IPNU Bojonegoro)

Admin Redaksi
Saya adalah administrator IPNU IPPNU BOJONEGORO ONLINE . . .