Perilaku remaja pada era kontemporer, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun disekitar lingkungan. Berbagai kandungan zat yang terdapat didalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan merokok yang dilakukan oleh kalangan remaja yang biasanya dilakukan di warung-warung kopi dan didepan orang lain, terutama dilakukan didepan kelompok/geng teman mereka karena mereka tertarik kepada kelompok sebayanya/ teman akan terikat oleh salah satu teman nya karena hal merokok.
Masa remaja bisa jadi masa dimana individu mengkonsumsi rokok, Smet (1994) berpendapat bahwa usia pertama kali merokok umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Usia tersebut dapat dikategorikan termasuk dalam rentangan masa remaja.[1]
Merokok diasumsikan bahwa merokok hanya menjadi salah satu cara untuk bisa dianggap sebagai dewasa yang dapat diterima rekan dan lingkungannya. Alasan lain secara ekonomi rokok adalah barang yang mudah,dapat dibeli berbagai tempat,mudah didapat dan tidak ada konsekuensi hukuman yang tegas dari pemerintah. Bahkan hal lain yang mejadikan perokok usia muda semakin banyak dan tidak terkendali adalah lingkungan khususnya keluarga yang seakan tidak mau perduli dengan apa yang dilakukan para anak remaja.
Menurut RPP tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai zat adiktif bagi Kesehatan, atau dikenal dengan RPP Tembakau, batasan usia merokok secara nasional adalah 18 tahun, baik untuk penjualan, pendistribusian, pemakaian. Berdasarkan RPP ini tentu menjadi rambu-rambu bagi semua pihak untuk dapat memberikan perlindungan khususnya anak-anak, jangan sampai mereka dapat mengakses atau menggunakan rokok.
Faktor penyebab merokok yaitu faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal yaitu: (1) Rasa ingin tahu, keingintahuan ini diwujudkan dalam meniru berbagai perilaku orangorang disekitarnya. Anak cenderung memiliki keingintahuan yang besar. Terkait perilaku anak,rasa keingin tahuan ini dapat didukung oleh keinginan menjadi sama dengan perilaku dikelilingnya.[2] (2) Aspek Kepribadian, apabila keluarga tidak mengarahkan pembentukan dan perkembangan kepribadian,maka akan membuat anak mengalami gangguan perkembangan/bahkan mengalami percepatan gangguan kepribadian. (3) Perkembangan emosi anak. (4) Kebiasaan anak.
Sedangkan Faktor Eksternal yaitu : (1) Iklan dan promosi rokok, biasanya dalam berbagai acara iklan dimedia tv/sosmed terjadi berbagai iklan rokok. Dan maupun didalam lingkungan masyarakat seringkali iklan dan promosi rokok ini mengiringi berbagai acara dan kegiatan yang diikuti kalangan anak-anak dan remaja. Dengan visualnya,perokok sebagai sosok yang keren,percaya diri,kreatif. Dan sangat mudah mengiringi anak dan remaja yang tengah mencari jati diri,untuk menjadi perokok pemula. (2) Lingkungan dan keluarga, lingkungan keluarga dan masyarakat kurang memperduli bagi anak yang suka merokok, karena merokok merupakan hal yang dianggap wajar. Bahkan anak-anak dan remaja timbul karena salah satu anggota keluarga dan masyarakat mengkonsumsi rokok. Dan itu memungkinkan anak meniru perilaku salah satu keluarga lainnya. (3) Pendidikan, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat indonesia diduga menjadi faktor pemicu anak yang suka merokok. Rata-rata penduduk indonesia menjadi perokok aktif kebanyakan berpendidikan rendah,sehingga tidak memiliki pengetahuan mengenai rokok dan dampaknya bagi kesehatan.
Merokok pada anak membawa dampak yang begitu kompleks khususnya dalam perkembangan dan pertumbuhan seluruh sistem dan organ vitalnya (seperti jantung, paru, syaraf, sensorik dan motorik serta kecerdasan). Selain dampak secara fisik, merokok pada anak (baik aktif maupun pasif) secara psikis akan merangsang timbulnya tekanan emosi berupa rasa cemas, was-was dan terkandang menimbulkan kemalasan, perilaku asertif dan agresif (khusus pada perokok aktif).[3]
Pada awalnya berhenti merokok membutuhkan perjuangan yang sangat berat. Jangan kaget bila ada tanda-tanda seperti mudah marah, sulit mengendalikan perasaan, kurang konsentrasi, gelisah, sulit tidur, batuk, penurunan denyut nadi, serta nafsu makan bertambah. Keinginan terus merokok disebabkan karena kuatnya ketergantungan terhadap nikotin. Dibutuhkan kemauan yang kuat untuk berhenti merokok disamping dukungan lingkungan dan bantuan medik. Beberapa teknik untuk berhenti merokok adalah[4]: a. berhenti seketika
- berhenti bertahap melalui pengurangan terhadap dari jumlah rokok yang diisap
- menjauhkan segala bentuk atribut rokok
- penundaan waktu mulainya merokok setiap hari.
Dakwah islam bagi para pecandu rokok diperlukan sebagai upaya penyadaran dan internalisasi nilai-nilai sosial yang ada didalam
masyarakat,sebagai salah satu wujud upaya mewujudkan kebahagiaan dan keteraturan hidup terbebas dari sesuatu hal yang membawa dampak negative bagi orang lain.
Ada beberapa strategi dakwah melalui social media yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat konsumsi rokok pada anak. Mendasarkan pada bentuk kegiatan dakwah islamiyah, maka strategi yang dapat dilakukan dengan optimalisasi pada bentuk kegiatan dakwah itu sendiri meliputi kegiatan tabligh,irsyad,tadbir, dan tathwir. Strategi dakwah melalui kegiatan tabligh menurut Enjang AS,dkk, merupakan strategi yang dianggap lebih mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun, memiliki jangkauan yang tidak terbatas,karena dapat menggunakan pemanfaatan fasilitas media yang berkembang di masyarakat. Tabligh merupakan bentuk kegiatan dakwah yang mendasarkan pada prinsip kerja transsitif yaitu menyampaikan/mengabarkan pemberitaan tentang ajaran islam kepada umat manusia,sehingga pemberita terlepas dari beban kewajiban dan pihak penerima berita menjadi terkait dengannya secara kontinu.[5]
Irsyad berarti bimbingan untuk menginternalisasikan nilai ajaran islam kedalam setiap aspek kehidupan dalam kaitannya strategi dakwah bagi anak yang merokok,kegiatan irsyad perlu dilakukan khususnya sebagai upaya pendampingan dan penyandaraan anak untuk menjauhkan diri dari perilaku merokok. Irsyad juga dapat keteladanan yang harus ditunjukkan kepada anak bahwa orang tua,lingkungan dan masyarakat memiliki kepedulian yang tinggi dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan dari asap rokok.
Tadbir merupakan bentuk transformasi ajaran islam dengan memanfaatkan prinsip dan fungsi manajemen. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan pelembagaan dan pengelolaan kelembagaan islam. Kaitannya dengan anak yang merokok lembaga ini secara sosial bertanggung jawab dalam pengelolaan aturan dan pembuat kebijakan terkaitan larangan konsumsi rokok pada anak remaja,melakukan pengawasan dan evaluasi aspek yang diduga pemicu meningkatnya jumlah konsumsi rokok pada anak. Salah satu bentuk tanggung jawab lembaga ini bersama-sama dengan masyarakat memberikan perlindungan pada anak.
Tathwir merupakan kegiatan dakwah yang berorientasi pada masalah pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Kaitannya dengan anak yang merokok memanfaatkan peran masyarakat untuk ikut andil dan memiliki keperdulian yang tinggi masalah konsumsi rokok. Memberdayakan keluarga untuk mengontrol anak-anaknya. Adanya keperdulian masyarakat untuk sadar rokok itu merupakan salah satu strategi mengurangi jumlah konsumsi rokok pada anak.
Oleh karena itumaraknya anak remaja yang merokok di Indonesia dan lingkungan sekitar kita memerlukan penanganan yang serius, memerlukan partisipasi aktif masyarakat untuk tau, mau tau dan sadar tentang berbagai macam dampak yang ditimbulkan akibat mengonsumsi rokok bagi anak-anak.
Pemerintah telah upaya secara maksimal melalui penyelenggaraan dan peraturan larangan merokok pada anak remaja. Secara sosial membiarkan anak mengonsumsi rokok diusia yang masih kecil, berarti membawa kita ikut ambil bagian dalam merusak generasi penerus kita.
Oleh sebab itu mari kita berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan perlindungan kepada anak-anak bangsa disekitar kita agar terhindar dari rokok, dan konsumsi rokok apapun bentuknya.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi hal ini adalah mengoptimalkan berbagai bentuk kegiatan dakwah (tabligh, irsyad, tadbir dan tahwir) dengan memanfaatkan aplikasi social media yang sedang marak saat ini. Seperti membuat konten di Tik Tok, Reels Instagram semenarik mungkin dengan tidak mengandung unsur sara dalam rangka memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat utamanya remaja mengenai bahaya dan dampak merokok bagi kesehatan.
Penulis : Dina Mu’izatul Fauziyah (PC IPPNU Kab. Bojonegoro – STAI At-Tanwir Bojonegoro) essai ini ditulis dalam rangka mengikuti kegiatan ISC 2021 yang diadakan oleh PP IPNU
Sumber :
[1] Enjang AS,dkk. Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Bandung:Widya padjajaran,2009.
[2] FJ.Monks, Psikologi Perkembangan,Yogyakarta:UGM Press,2006.
[3] Live is grace l Bahaya Merokok Bagi Kesehatan, Lihat dalam http://w3nnystudent.umm.ac.id/2010/02/04/bahaya-merokok-bagi kesehatan/, diakses 1 Agustus 2021.
[4] Martini,Santi. Muji Sulistiowati. The Determinants of Smoking Behavior among Teenagers in East Java Province, Indonesia: Health,Nutrition and Population (HNP) Discussion Paper Economics of Tobacco Control PaperNo.32.HNP,the World Bank, TFI WHO. December 2005. www.worldbank.org/hnp and www.worldbank. Org/tobacco, diakses 3 Agustus 2021.
[5] Smet,B. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang:PT Gramedia.