Berlatar belakang sebuah diskusi kecil yang pernah kami lakukan dengan beberapa teman pengurus IPNU Bojonegoro beberapa waktu lalu, tema yang kita angkat cukup sederhana sejauh mana IPNU sebagai organisasi keterpelajaran mampu mengadvokasi persoalan pelajar ?
Berangkat dari beberapa indikator diantaranya:
1. Sebagai pengurus nampaknya banyak dari kita yang tak mengetahui secara pasti persoalan yang dihadapi para pelajar saat ini.
2. Esensi kegiatan yang di usung rekan² diberbagai tingkatan belum semuanya mampu menjawab keresahan para pelajar. Kalau hanya sekedar melaksanakan kegiatan apa yang membedakan IPNU dengan Event organizer diluar sana.
3. Ruang lingkup bidang garap yang general (pelajar,santri & mahasiswa) masih menyisakan celah ruang penyebaran ideologi di luar aswaja kian berkembang di sekolah umum.
Ini tentu menjadi muhasabah kita bersama, apalagi yang hari ini mengikrarkan diri sebagai pengurus IPNU di tingkatan masing-masing.
Peran IPNU turut serta menjadi bagian penolong negara dalam dunia keterpelajaran harus mampu menemukan nice yang jelas dan mempertegas platformnya. Ada hal yang logis ketika IPNU mesti mematenkan diri dalam ‘platform keterpelajaran’ tidak ngoyo kesana kemari tapi benar benar mengfokuskan diri ‘nggarap’ dunia keterpelajaran.
Kuantitas yang semakin besar mengharuskan mawas diri dan tidak terjebak dalam euforia basis saja. Justru dengan penyebaran Kuantitas yang semakin merata ini menjadi modal besar agar terus memperbaiki serta mempersiapkan kader kader yang mampu bersaing dan mewarnai dunia keterpelajaran di negeri tercinta Indonesia.
Selamat harlah ke 68 Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, sekelumit tulisan ini semoga bisa menjadi bahan diskusi untuk terus berbenah. Keterbatasan penulis tentu berharap saran & kritikan membangun guna menyempurnakan pengabdian di Ikatan yang tercinta.
Wallahul a’lam bisshowab.
Ponorogo, 24 Februari 2022
Penulis : Azza Alifudin
menjabat sebagai sekretaris Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Bojonegoro