Menonton anime Naruto The Shippuden ketika perang dengan Madara, penulis kira lebih sangat menggairahkan daripada mengira-ngira program kerja. Menunggu tiap minggu rilis, bisa ditonton walau hanya tiga puluh menit. Yang paling baru lagi, donghua dari China yang berjudul The Battle Through The Heaven (BTTH), yang lakon utamanya menurut penulis, jika ditonton oleh kaum generasi milenial mungkin sangat menarik, mirip artis korea atau k-pop-an. Yang sering diikuti oleh mereka yang suka.
Akhir-akhir ini, Rengga Lodyvito menulis kekhawatiran seorang nasib kader IPNU Bojonegoro beberapa tahun mendatang. Antara skeptis dan optimis, perlu jalan tengah, yakni terus melanjutkan salam IPNU IPPNU, belajar, berjuang dan bertaqwa. Hematnya, terpenting naruto tidak mati dengan sadis, masih bisa menemani boruto beranjak besar. Masih bisa ngopi, menyeduh kopi pahit di pinggiran Jalan Basuki Rahmat, duduk didepan kasir dan ngobrol ringan dengan pengudek kopinya, merupakan jalan yang masih bisa disyukuri.
Organisasi mengajarkan sikap saling kerjasama antara satu departemen dengan departemen lain, lembaga, badan dengan yang lain. Dari pelbagai pemikiran anggotanya sehingga mencapai tujuan organisasi, bukan tujuan individu. Mengutip perkataan Mas Savic Ali, direktur NU Online. Inilah yang mendorong penulis, kiranya mengirim sumbangan pemikiran bagi jalannya mencari perspektif baru. Tentunya hal ini, sangat berat karena terkait erat dengan kapasitas kader, yang dalam hal ini adalah kematangan proses kaderisasi yang baik. Dalam mencari perspektif baru ini, mari menengok dan menguraikan apa yang dimaksudkan oleh PBNU tentang peradaban. Menengok tema harlah IPNU IPPNU tentang kolaborasi, inovasi, dan transformasi digital.
Menilik soal peradaban, mengutip dari perkataan Gus Ulil, intelektual NU yang juga menantu Gus Mus, peradaban (islam) adalah kemajuan yang mengenal tradisi berpikir mendalam dan canggih serta melahirkan karya-karya, baik buku maupun kitab. Tentu pengertian karya ini dapat diperluas. Tema yang dilahirkan di harlah Nahdlatul Ulama beberapa bulan lalu, perlu dibicarakan oleh Pelajar/mahasiswa Nahdliyin sebagai kaum terpelajar.
Dalam pengertian umum, kolaborasi dipahami sebagai proses bekerja sama untuk kontribusi gagasan atau ide dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama menuju visi yang ingin dicapai. Ia juga dipahami sebagai bagaimana suatu tim dapat menjalin visi bersama dengan tim yang lain. Sehingga menghasilkan karya peradaban, minimal lintasan tinta karya untuk kemaslahatan Pelajar NU, tentu suatu kemajuan yang memberikan arti untuk keberlangsungan organisasi kedepan.
Perspektif Baru : Kreatif Memfasilitasi Perkembangan Potensi Pelajar
Mencari celah suatu persoalan, dari stagnasi pergerakan. Bagaimana melakukan kolaborasi dan inovasi dari departemen misalnya minat dan bakat dengan lembaga atau badan. Mengapa dengan lembaga dan badan? Karena merekalah yang menangani bidang khusus seperti yang disebutkan di rumah tangga organisasi. Dengan mengertinya tugas dan fungsi masing-masing struktur antara departemen, lembaga dan badan ini, menjadikan suatu pilihan pandangan baru dalam melaksanakan perjalanan program.
Melihat secara samar-samar, potensi dari anggota di ranting dan komisariat sangat banyak. Baik dari bidang agamis yang mewakili pimpinan komisariat, yang memang tiap hari ditempa oleh Kiyai dibidang pendidikan agama. Pimpinan ranting atau anak cabang, yang lebih kompleks potensinya, seperti Yulia yang setau penulis, merintis Komunitas Sang Juara, atau satu lagi yang penulis tau, anggota pelajar putri yang membantu orang tuanya dalam bidang peternakan. Tentu, ini hanya suatu contoh kecil potensi anggota-anggota di tingkatan ranting sampai anak cabang.
Kelahiran : Podcast #sambiljalan #kemanaajabisa
Media podcast setau penulis sudah banyak diadopsi oleh orang Indonesia. Setidaknya para artis/magician yang dulu hadir di televisi, malah hari ini memproduksi program sendiri. Ditambah lagi, Podcast om Deddy Corbuzier yang dulu bersyahadat masuk islam dibimbing oleh Gus Miftah. Jutaan viewer om deddy memberikan impact yang besar tentu, dalam benak atau pemikiran setiap orang yang serius mengikuti channelnya. Ditambah adanya Asosiasi YouTube Santri (Aysi) juga diciptakan oleh para santri untuk berkreasi di dunia digital.
Podcast #sambiljalan turut hadir dalam memberikan sumber referensi dan bahkan media mengembangkan potensi-potensi kader yang belum diketahui -tercatat- hari ini -karena keterbatasan media sebelumnya- tetapi akan muncul disuatu hari nanti. Mengingat dahulu banyak orang berkumpul di lapangan dengan penuh antusias untuk majlisan dengan Caknun, Kongkow dengan Gusdur, Kongkow Budaya bersama Lesbumi, dan lain sebagainya. Yang pada hari ini sudah tidak berlangsung seperti biasanya. Tentu, karena banyak faktor baik situasi nasional, regional, maupun situasi pegiat Kongkow itu sendiri.
Perspektif digital ini pelajar NU perlu ikut serta untuk memberikan ruang wacana, gali potensi, inovasi dan kreativitas. Program yang dapat masuk skala prioritas di organisasi.
Dalam alur cerita Boruto the next naruto itu pun mengaitkan kondisi negara Konoha yang erat dengan teknologi, yang pada era Naruto belum seperti di era Boruto. Persenjataan militer ninja pun bisa dilaboratoriumkan, sehingga dapat dipakai sebagai media yang sangat mendukung seorang ninja, sekaligus membahayakan. Lalu bagaimana pelajar NU hari ini memandang transformasi digital ini? Jika kita sama-sama melihat di tingkatan anak cabang, secara minimalis melihat medianya dari media instagram, sedikit banyak sudah dapat kita lihat bagaimana harus kita memandang perkembangannya. Anggap saja itu perwakilan dari media sosial. Kemudian perlu pula dilihat dari media literasi, pengertian umum media literasi adalah media yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi dalam berbagai bentuk media, ambil contoh web atau situs sebagai aspek digital. Tinggal bagaimana nanti perkembangannya secara kolektif, sampai titik mana pencarian-pencarian perspektif baru akan terus digalakkan. Sampai mana, rekan rekanita? —- #sambiljalan #kemanajabisa
Ditulis oleh : Much Abdul Azis – Menjabat Sebagai Direktur Pers dan Penerbitan PC IPNU Bojonegoro Masa Khidmat 2020 – 2022