Masa muda adalah masa paling tepat untuk belajar banyak hal, mengembangkan potensi diri melalui aktivitas apapun asalkan bermanfaat. Organisasi IPNU IPPNU merupakan salah satu wadah yang baik dan tepat.
Disana, kita belajar tentang kepemimpinan dan keorganisasian, mulai dari tingkat ranting hingga tingkat pusat. Selain itu, di IPNU IPPNU kita juga akan mengenal banyak hal mengenai Aswaja, belajar lobbying, dan komunikasi dengan orang lain. Semakin kita aktif di IPNU IPPNU, maka kita akan tahu seberapa besar manfaatnya setelah itu.
Mengenai proses di IPNU IPPNU, perlu kita pahami bahwa IPNU IPPNU adalah organisasi pengkaderan yang basis massanya adalah pelajar, dan mayoritas berada di desa. Jadi karakter gerakan dan kepemimpinannya persis dengan pelajar di desa dimana pun itu. IPNU IPPNU cederung memiliki sifat kekeluargaan dan sangat kecil sifat politisnya, terutama di tingkat Cabang dan di bawahnya. Sebab, di IPNU IPPNU kita tidak diajarkan politik sama sekali. Hanya belajar bagaimana cara mengistiqomahkan kegiatan rutinan yang diadakan satu bulan sekali atau satu tahun sekali, terutama tingkat ranting dan anak cabang.
Sebagai kader, ada satu poin yang perlu kita ingat bersama: kita keluarga dan harus tetap saling menjaga komunikasi. Jika ada masalah, harus kita selesaikan secara kekeluargaan. Andai kita pengurus ranting, maka perlu adanya kita komunikasi dengan ketua ranting; jika pengurus PAC, maka ke ketua PAC; jika pengurus PC, maka ke ketua PC. Sebab ketua adalah pimpinan tertinggi di organisasi yang harus kita hormati selaku pengurus yang menjadi “bawahannya”. Karena tugas dari IPNU IPPNU adalah untuk melakukan kaderisasi dan menegakkan khidmad organisasi pada tujuan-tujuan dasar.
Zaman semakin berubah, tantangan semakin berubah. Masyarakat membutuhkan calon-calon pemimpin yang mumpuni di segala bidang bisa berkomunikasi dengan baik. Meski Nahdlatul Ulama, tetapi harus bisa berkomunikasi dengan golongan masyarakat lain, bahkan ke masyarakat agama yang lain dan semua lini masyarakat. Para senior telah mengajarkan untuk menjadi berbagai sendi kehidupan masyarakat. Harus ada yang bisa melakukan lobi dan komunikasi ke berbagai sektor kehidupan. Harus dekat dengan TNI, harus dekat dengan media massa, partai politik, eksekutif, legislatif, dunia usaha, LSM, para pemuka desa, dan para aktivis lapangan. Makanya kaderisasi IPNU IPPNU harus kita bangun agar kader mudanya bisa mengisi berbagai sektor strategis kehidupan masyarakat.
Pada hakekatnya perjuangan kita di tempat ini sebagaimana sudah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu, menjaga keselamatan bangsa dan negara RI, menciptakan keadilan umum, menciptakan kemajuan pendidikan bangsa, dan menciptakan kesejahteraan umum sekaligus ketertiban dunia. Ini yang harus kita perhatikan inti perjuangan berbangsa. Perlu kita ingat pula, bahwa NU juga yakin ketika ada kekasih Allah yang meninggal, maka sebenarnya ia tidak sepenuhnya meninggal. Artinya, ketika diselenggarakan forum Rapat Anggota Ranting atau Konferensi, maka saat itu pula Hadratusyeikh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Tolchah Mansur hadir menyaksikan jalannya forum.
Jadi insyaAllah, keputusan yang ditetapkan adalah yang terbaik untuk organisasi, termasuk dalam hal terpilihnya ketua baru. Khusus di wilayah Kecamatan Kapas (dan wilayah lain yang memiliki kultur yang seirama-senada dengan Kecamatan Kapas), ketua ranting perlu dan harus didukung penuh dalam setiap kebijakan yang telah diputuskan, demikian pula dengan PAC adalah satu-satunya orang yang dapat dipastikan bahwa ia tidak akan pernah punya maksud sedikit pun untuk merusak dan memperkeruh organisasi.
Setiap keputusan yang diambil oleh ketua, pasti sudah mempertimbangkan tiga hal: (1) saran-saran dari alumni, (2) kemampuan dan kapasitas pengurus, (3) analisis kebutuhan ranting atau PAC. Itu sudah harga mutlak di wilayah Kecamatan Kapas. Untuk pengurus, kita dianjurkan untuk tetap setia dalam barisan: mendukung dan ikut membantu ketua ranting/PAC. Ketidaksetiaan kita terhadap pimpinan tertinggi organisasi adalah suatu bentuk penghianatan atas ikrar saat kita dibaiat Makesta, Lakmud, Lakut, dan saat ikrar pelantikan kepengurusan. Dan itu juga berarti sebagai bentuk penghianatan terhadap organisasi. Tugas ketua sebagai mandataris Rapat Anggota atau Konferensi adalah memberikan instruksi dan koordinasi dengan jajaran dibawahnya. Maka tugas pengurus adalah patuh pada ketua dan setia mendukungnya.
Mengenai alumni, PAC Kapas (dan ranting) punya banyak sekali alumni. Tidak mungkin ketua mendatangi semuanya satu per satu setiap akan ada program kerja besar (misal Dikpel, Makesta, Lakmud, Konferensi). Yang jelas, ketua pasti sudah berkomunikasi dengan alumni, berapa pun dan siapa pun itu. Jika ada satu, dua, atau bahkan sepuluh alumni yang merasa kecewa karena tidak diajak komunikasi, kemudian mereka melempar narasi bahwa “Ketua PAC tidak komunikatif” adalah suatu hal yang kurang tepat.
Hal tersebut tidak menjadi solusi, tapi kan menambah beban dan membuat ketua semakin pusing. Apalagi alumni yang sering memberi usulan tersebut tidak pernah berkontribusi secara rill, baik tenaga maupun materi (berdonasi): hobi usul, tak ada uang tak ada aksi, apa bedanya dengan tetangga sebelah? Maka sering ketua harus berat hati menerapkan usulan dari alumni Si A dan meninggalkan usulan dari Si B. keputusan ketua pasti sudah dipikirkan matang-matang dan penuh konsekuen. Pengurus (termasuk ketua) juga sadar bahwa di internal alumni juga ada beberapa pihak yang berseberangan pendapat.
Hal tersebut mungkin karena perbedaan daerah (kultur ranting dari tempat alumni berasal) atau perbedaan latar pendidikan. Itu kita maklumi bersama, sebab kita sendiri yang masih berstatus sebagai pengurus pun juga demikian.
Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda organisasi, maka perlu adanya kekompakan dan kesetiaan dalam korb (himpunan) organisasi, entah dalam internal Pengurus Harian, maupun pengurus dalam departemen, lembaga, dan badan. Karena itu seluruh kader IPNU IPPNU harus secara bulat menerima keyakinan utama yang menjadi pandangan hidup dan seluruh prinsip organisasi. Dan seluruh kader IPNU IPPNU harus tunduk dan setia pada pimpinan, dalam hal ini Ketua PAC (jika di tingkat Kecamatan) dan Ketua Ranting (di tingkat Desa).
Dalam menegakkan prinsip dan melaksanakan program, pimpinan harus tegas memberi ganjaran dan sanksi pada kader yang menyimpang dari prinsip organisasi. Sebaliknya, kader juga harus bersikap terbuka pada pimpinan, bila terjadi penyimpangan, tentu dengan catatan: tetap menjaga norma, etika, dan nilai-nilai yang berlaku.
Penulis : Sofia Amrina Rosada (Peserta Undangan Menulis 2022 PC IPNU IPPNU Bojonegoro)
Aktif di PR IPPNU Tanjungharjo dan PAC Kapas, sekaligus mahasiswa di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.