Bagikan ke

Di bulan Rajab ini sudah tidak asing lagi peringatan Isra’ Mi’raj bagi umat Islam di seluruh dunia. Akan tetapi kita perlu membaca ulang kisah dan makna di balik peristiwa tersebut. Di sini saya akan sedikit menjelaskan makna Isra’ Mi’raj.

Isra’ Mi’raj adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW menuju langit ketujuh dalam waktu satu malam saja. Isra’ sendiri memiliki pengertian perjalanan Nabi pada suatu malam hari dari Masjidil Haram (Mekkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina), sedangkan Mi’raj memiliki pengertian peristiwa naiknya Nabi ke langit tujuh dan dilanjut ke Sidratul Muntaha (akhir tujuan). Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab.

Dari pengertian di atas perlu kita pahami sebagai umat Islam bahwa Isra’ Mi’raj adalah peristiwa yang penting dalam kalender Islam (Hijriyah).

Setelah mengetahui pengertian di atas, tentunya juga perlu mengenali cerita singkat Isra’ Mi’raj ini. Saat itu seusai sholat isya’ Nabi tidur lebih awal agar bisa bangun pada sepertiga malam terakhir untuk sholat malam. Namun, malam itu Malaikat Jibril datang mengunjungi Nabi. Jibril lalu mengajak Nabi keluar rumah dan bepergian, melaksanakan Isra’ Mi’raj.

Nabi kemudian menaiki Buraq bersama Jibril dan Mikail, untuk kemudian dalam sekejap melesat menuju Masjidil Aqsa. Sebelum tiba, Jibril sempat mengajak Nabi salat di beberapa tempat seperti Tayyibah (Madinah Al-Munawwarah), Madyan (tempat berteduhnya Nabi Musa AS saat dikejar Fir’aun), Thursina (tempat Nabi Musa menerima wahyu Allah) dan Betlehem atau Bait Al-Lahm (tempat lahirnya Nabi Isa). Usai sholat, Nabi melanjutkan perjalanan menuju Baitul Maqdis. Setiba di sana, Nabi disambut Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan para nabi lainnya.

Allah SWT telah mempersiapkan mereka agar bertemu dengan Nabi. Setelah itu, mereka salat berjemaah dengan Nabi sebagai imam. Nabi juga bertemu dengan beberapa nabi ketika naik dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha. Nabi bertemu Nabi Adam di langit pertama, Nabi Isa di langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam. Saat berada di langit ketujuh, Nabi bertemu dengan Nabi Ibrahim yang perawakannya sangat mirip dengannya. Dari perjalanan ini Nabi mendapatkan banyak sekali pesan dari para nabi lain untuk penyebaran Islam kepada umat muslim.

Dari cerita singkat di atas perlu kita yakini dan pahami Isra’ dan Mi’raj adalah perkara yang sangat jelas dan eksplisit disebutkan dalam Al-Qur’an, sebuah kejadian yang pasti terjadi, pasti benar, dan tak ada keraguan sama sekali meskipun akal manusia tidak dapat menjangkaunya.

Makna dan Hikmahnya dalam Kehidupan

Berikut beberapa makna dan hikmah Isra’ Mi’raj, sebagaimana dilansir dalam cnnindonesia.com di antaranya berikut.[1]

Pertama. Bentuk sayang Allah kepada hamba-Nya, Isra’ Mi’raj terjadi pada tahun kesedihan saat Nabi dilanda banyak cobaan dan ditinggal oleh orang terdekatnya. Isra’ Mi’raj merupakan bentuk penghiburan Allah kepada Nabi. Allah mengutus Malaikat Jibril membawa Nabi melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah, ke Masjidil Aqsa di Palestina dan diangkat ke Sidratul Muntaha dalam satu malam saja.

Dr Ali Muhammad as-Shallabi menjelaskan,   فجائته حادثة الإسراء والمعراج، على قدر من رب العالمين، فيعرج به من دون الخلائق جميعا، ويكرمه على صبره وجهاده
“Setelah cobaan demi cobaan Nabi lalui, tibalah peristiwa Isra’ Mi’raj sesuai rencana Allah Swt. Allah memi’rajkan Nabi. Memuliakannya atas kesabaran dan perjuangan yang telah ditempuhnya”. (Dr Ali Muhammad as-Shallabi, as-Sirah an-Nabawiyah ‘Ardlu Waqa’i wa Tahlil Ahdats, Cetakan Dar al-Fikr, Beirut, hlm. 226-227)[2]

Di sini dapat kita ambil hikmah bahwa Allah menyayangi hamba-Nya yang beriman, ketika Nabi Muhammad berada di posisi yang amat sedih (ditinggal wafat orang-orang terdekat), Allah menganugerahkan kepada beliau peristiwa yang menunjukan kasih sayang kepada kekasih-Nya.

Kedua, meningkatnya keimanan seusai cobaan. Cobaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad sebelum Isra’ Mi’raj merupakan ujian untuk meningkatkan keimanan. Sama seperti pandemi corona, sebaiknya dimaknai sebagai cobaan untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah. Ketika kita mampu melewati cobaan dengan baik dan berpegang teguh pada syariat Islam, percayalah kita akan mendapatkan karunia yang besar dari Allah.

Ketiga, memperbaiki kualitas sholat. Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, Nabi menerima perintah sholat berkali-kali dari semula 50 kali sehari menjadi lima waktu sehari. Perintah sholat ini merupakan bentuk komunikasi langsung antara Allah dengan Nabi. Peringatan Isra’ Mi’raj ini sebaiknya dimaknai untuk memperbaiki kualitas sholat yang sekaligus bakal memperbaiki hubungan dengan Allah.

Sholat lima waktu adalah salah satu hubungan kita kepada Allah SWT. Karena itu, jangan di jadikan beban untuk kita, melainkan sebagai karunia Tuhan.

Keempat, perjalanan Isra’ Mi’raj terjadi di malam hari. Ada sejumlah alasan yang membuat Allah memilih perjalanan di malam hari saat semua orang terlelap. Malam hari merupakan waktu yang sepi dan Allah ingin melihat hamba-Nya yang benar-benar beriman. Pada malam hari pula, mendekatkan diri kepada Allah bakal lebih cepat dibandingkan waktu lainnya. Di tengah maraknya wabah virus corona ini mari kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam kitabnya Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Ayatul Kubra fi Syarhi Qisshatil Isra’ juga menjelaskan  alasan mengapa Allah SWT menjadikan malam sebagai waktu terjadinya peristiwa Isra dan mi‘raj. (Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Ayatul Kubra fi Syarhi Qisshatil Isra, (Kairo: Darul Hadits, 2002 M), halaman 59).  karena malam adalah waktu yang tepat untuk melakukan khalwah (menyepi) dan pengkhususan[3].

Dalam redaksi yang lain Ibnu Munir juga berpendapat dalam tulisanya  :

قال ابن المنير: إنما كان الإسراء ليلا لأنه وقت الخلوة والإختصاص عرفا

Artinya, “Ibnu Munir berpendapat bahwa peristiwa Isra terjadi di malam hari karena malam merupakan waktu yang tepat untuk menyepi serta biasanya sebagai waktu yang tepat untuk mengkhususkan amalan.”

Kelima, percaya kekuasaan Allah SWT, di mana Isra’ Mi’raj mengajarkan bahwa Allah adalah yang Maha Kuasa. Perjalanan yang seolah tak masuk akal dapat terjadi dengan kekuasaan Allah. Kita harus menyakini dengan adanya peristiwa Isra’ Mi’raj meskipun akal kita tidak dapat menjangkaunya, karena Allah Maha segalanya.

Demikian makna beserta hikmah yang dapat kita petik dalam peristiwa monumental Isra’ Mi’raj, yang senantiasa kita peringati saban bulan Rajab. Kemudian menjadi pelajaran, dan benar-benar menjadi peringatan bagi kita semua. Semoga.

 

Oleh: Ahmad Muhyidin
(Koor. Departemen Kaderisasi PR IPNU Desa Kadungrejo, dapat dihubungi melalui IG @addinnn97)

 

[1]. Sumber  https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200320120401-284-485275/makna-dan-hikmah-isra-miraj-di-tengah-pandemi-corona.

[2]. Sumber: https://nu.or.id/sirah-nabawiyah/rangkaian-isra-mi-raj-yang-membentuk-karakter-nabi-muhammad-Q1egv

[3]. Sumber: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/kenapa-isra-dan-miraj-terjadi-di-malam-hari-lFnFc

 

Admin Redaksi
Saya adalah administrator IPNU IPPNU BOJONEGORO ONLINE . . .