Seorang tokoh di Desa Bangilan, Kapas, KH Toha Amin atau akrab disapa Mbah Yai Toha merupakan satu-satunya Kiai yang konsisten mengaji kitab kuning. Jika biasanya kitab kuning dikaji bersama kalangan sepuh, Mbah Yai Toha justru membidik anak-anak desa setempat untuk tidak melupakan tradisi mengkaji kitab kuning. Selain dikenal dengan pengajian kitab kuningnya, beliau juga terkenal sebagai pengajar Al Qur’an yang sangat adil dalam mengajar, terutama tentang makhorijul huruf.
Kajian ini diadakan di Musholla Al Fatimah yang beliau wakafkan untuk warga Desa Bangilan yang letaknya tidak jauh dari kediaman beliau. Pembelajaran di Musholla Al Fatimah dijadikan sebagai kiblat madrasah Al Qur’an yang ada di desa ini. Sebab, hampir semua warga bersanad ilmu dari Mbah yai Toha.
Dalam sebuah cerita, dulu Mbah Yai Toha Amin ini menimba ilmu di salah satu pesantren tertua di Bojonegoro. Beliau nyantri kepada K.H. abu dzarrin, ulama kharismatik Bojonegoro pada jamannya. Ia adalah seorang santri yang sangat alim dan tawadhu serta senang berkhidmah kepada masyayikhnya. Saking besar mahabbah kepada masyayikhnya, ia mendapat kesempatan yang luar biasa ketika putra dari gurunya, K.H. Charis Adnan memintanya untuk mendampingi membuat pondok. Tentu ini menjadi privillage yang sangat disyukuri bagi seorang Mbah yai Toha yang saat itu masih berstatus santri.
Baru kemudian, setelah berhasil mendampingi K.H. Charis Adnan mendirikan pondok, beliau mendirikan musholla Al Fatimah sebagai wadah perjuangan nasyrul ilmi. Musholla ini dibangun atas saran istrinya yang juga ingin mengamalkan ilmunya kepada masyarakat.
Pada awal berdirinya, musholla ini hanya digunakan untuk belajar Al Qur’an saja. Seiring berjalannya waktu, Mbah Yai Toha berinisiatif untuk melestarikan budaya ngaji kitab kuning. Beliau melihat anak-anak di sekitar yang terlalu banyak bermain sehingga waktu belajar agama mereka terlewati begitu saja.
Ini menjadi salah satu alasan mengapa santri kajian kitab kuning Mbah Yai Toha adalah anak-anak, karena beliau ingin menanamkan karakter islami dan melestarikan budaya Jawa yang tercermin dari kajian kitab kuning ini. Mengingat, kajian kitab kuning adalah belajar kitab bahasa Arab yang dimaknai menggunakan tulisan pegon bahasa Jawa.
Kiprah Mbah yai Toha dalam masyarakat merupakan bukti bahwa beliau mengamalkan sunnah Nabi ballighu Anni walau ayat– sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.
Penulis : Nikmatuz Zuhriah, aktif di organisasi PKPT Universitas NU Sunan Giri Bojonegoro dan peserta Kelas Menulis Essai Populer 2021 Lembaga Pers dan Depjarkom PC IPNU IPPNU Bojonegoro