IIBO – 3 Januari lalu diperingati sebagai Hari Lahir (Harlah) Pagar Nusa, wadah seni bela diri atau pencak silat yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU). Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, dan diprakarsai oleh KH Muhamad Abdullah Maksum Jauhari atau dikenal dengan panggilan Gus Maksum. Peran Gus Maksum dalam mendirikan Pagar Nusa ini tentunya tidak lepas dari restu tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama.
Menurut penjelasan Wahyudi, Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pagar Nusa Ngambon, dalam Pagar Nusa tidak semata hanya untuk mengemban ilmu bela diri saja, tetapi bisa melatih mental, spiritual, seni, budaya, sekaligus menjadi benteng ulama dan kiai.
“Tentunya ini akan menjadi kekuatan dan garda depan dalam menjaga Nahdlatul Ulama. Dikalangan Remaja sendiri, Pagar Nusa bisa berperan untuk mengembangkan karakter dan Pemersatu Bangsa,” jelasnya.
Karena itulah, lanjut Wahyudi, pendekar bukan hanya bertarung dengan jurus-jurusnya yang mematikan. Pagar Nusa harus mengutamakan persaudaraan dan persatuan. Seperti halnya dalam tulisan yang terdapat pada logo Pagar Nusa ‘Laa Ghaliba illa Billah’, tak ada kemenangan tanpa pertolongan Allah’.
“Itu untuk menyadarkan bahwa sekuat apapun fisik kalian, sesempurna apapun jurus, kalian hanyalah nol, tak ada artinya apa-apa tanpa pertolongan Allah swt,” tegasnya.
Selain itu, menurut Wahyudi, Pagar Nusa fokus mengajak para pendekar dan kader untuk tetap istiqomah menjaga silaturahmi, membantu masyarakat, memperkokoh rasa persaudaraan, menjujung tinggi nilai-nilai kependekaran, dan terus berjuang untuk Pagar Nusa yang patut dibanggakan.
”Pendekar Pagar Nusa sejati itu tidak takut, kecuali kepada Allah. Suka menolong sesama dan ilmunya digunakan untuk suatu yang bermanfaat” tambahnya.
Diakhir, Wahyudi berpesan, Pagar Nusa harus tawaduk dan tidak memamerkan kekuatan yang dimiliki, serta bisa menahan diri dan tidak terprovokasi . sebab, tugas utama pendekar Pagar Nusa adalah memperbaiki akhlak bukan melampiaskan emosional dengan kekerasan.
Pewarta : Reni
Editor : LulukNR